Selasa, 08 Januari 2013

Model Analisis Kualitatif dalam Evaluasi Kebijakan


Akar Metode Evaluasi Kualitatif
Akar filosofi metode kualitatif menekankan pentingnya pemahaman makna dari perilaku manusia dan konteks sosio-budaya suatu interaksi sosial. Ini termasuk mengembangkan pemahaman empatik berdasarkan pengalaman subjektif, dan pemahaman hubungan antara persepsi personal dan perilaku. Perspektif kualitatif ”sama sekali tidak menyarankan bahwa peneliti kurang memiliki kemampuan yang bersifat ilmiah selama mengumpulkan data. Sebaliknya, itu semata-mata menetapkan bahwa hal itu berbahaya untuk validitas, dan konsekuensinya untuk reliabilitas mencoba melukiskan dunia sosial secara empiris seperti yang ada sesungguhnya pada saat penyelidikan, lebih dari pada seperti yang dibayangkan oleh peneliti” (Filstead, 1970, hal.4 dalam Metode Evaluasi Kualitatif, Michael Quinn Patton, 2006). Setiap tehnik penelitian lapangan seperti pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam, penggambaran secara detail dan studi kasus khususnya, termasuk memotret dunia seperti yang dipahami oleh orang yang diteliti, sebaik seperti pemahaman yang dimiliki  oleh peneliti.

Evaluasi Praktis Metode Kualitatif
Pada sisi praktis, namun demikian, kebutuhan orang tidaklah memecahkan persoalan filsafat keilmuan dalam menggunakan metode kualitatif. Tidak pula perlu menjadi orang yang mempertahankan kemurnian metode kualitatif.  Data kualitatif dapat dikumpulkan dan digunakan dalam kaitan dengan data kuantitatif. Titik awal untuk penggunaan metode kualitatif sesederhana minat mengamati dan mengajukan pertanyaan diseputar latar dunia nyata.
Tantangan utama dalam evaluasi adalah mencocokan metode penelitian dengan nuansa pertanyaan evaluasi tertentu dan indiosinkrasis kebutuhan pemangku kepentingan yang khusus. Untuk mempertemukan tantangan ini, evaluator membutuhkan daftar kemempuan yang luas perihal metode dan tehnik penelitian untuk digunakan dalam berbagai varian persoalan. Selanjutnya evaluator mungkin bertugas menggunakan satu dan semua metode penelitian ilmu sosial, termasuk analisis data kuantitatif, hasil dari kuisioner, analisis data sekunder, analisis biaya keuntungan dan biaya efektivitas, test baku, rancangan eksperimental, pengukuran secara tersembunyi, pengamatan berpartisipasi, dan wawancara mendalam. Evaluator bekerja dengan pemangku kepentingan untuk merancang evaluasi termasuk semua data yang akan menolong membuka cahaya ke arah pertanyaan evaluasi yang penting, memberi tekanan pada sumber daya dan waktu. Evaluator seperti itu memegang teguh rancangan penelitian yang berhubungan, penuh makna, dapat dipahami, dan dapat menghasilkan hal yang bermanfaat, valid, reliabel, dan dapat dipercaya. Dalam banyak kesempatan variasi tehnik pengumpulan data dan rancangan pendekatan bisa digunakan secara bersamaan. Metode ganda dan variasi sumber data dapat menyokong kerasnya metodologi.

Proses Evaluasi Metode Kualitatif
Proses evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya suatu program. Setiap deskripsi bisa jadi berdasarkan pada observasi dan atau wawancara dengan staf, klien, dan petugas administrasi program. Banyak proses evaluasi terpusat pada bagaimana program itu dirasakan oleh peserta dan staf. Berupaya membangkitkan penggambaran secara tepat dan rinci jalannya suatu program terutama membiarkan diri menggunakan metode kualiatif.
“Proses” sebagai fokus dalam evaluasi berimplikasi pada penekanan dalam melihat bagaimana hasil atau keluaran itu dihasilkan dari pada hanya melihat hasilnya semata; itulah, suatu analisis proses dengan mana suatu program membuahkan hasil. Proses evaluasi itu berkembang, deskriptif, berkesinambungan, luwes, dan induktif.
Evaluator proses mengedepankan pemahaman dan mendokumentasi realitas dari hari ke hari suatu program selama pengkajian. Evaluator mencoba mengurai apa yang sesungguhnya terjadi pada suatu program dalam pencarian pola utama dan nuansa penting yang memberi karakter program. Proses evaluasi mensyaratkan adanya kepekaan baik kualitatif maupun kuantitatif yang berubah dalam program selama perkembangannya; artinya menjadi sangat akrab dengan hal rinci suatu program. Proses evaluasi memandang tidak hanya aktivitas formal dan hasil yang diharapkan, tetapi juga menyelidiki pola-pola tidak formal dan akibat yang tidak diharapkan dalam konteks yang penuh dari implementasi program dan perkembangannya. Akhirnya, proses evaluasi biasanya memasukkan persepsi orang dekat dengan program mengenai bagaimana semuanya berjalan. Variasi perspektif bisa dilihat dari orang, dalam hubungan yang tidak sama dengan program dari dalam dan dari luar sumber.
Proses evaluasi mengijinkan pengambilan keputusan dan pengguna informasi memahami dinamika berjalannya suatu program. Setiap pemahaman memungkinkan orang memutuskan tentang luasan program yang berjalan seperti seharusnya dijalankan. Proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyatakan cakupan di situ program dapat dikembangkan, seperti halnya menyoroti kekuatan program yang harus dipelihara. Proses evaluasi juga berguna dalam memungkinkan masyarakat untuk tidak terlibat secara dekat dalam program, sebagai contoh, pemberi dana dari luar, pegawai pemerintah, dan agensi dari untuk memahami bagaimana program berjalan. Ini memungkinkan orang luar untuk membuat keputusan yang lebih cerdas tentang tanggung jawab mereka sendiri mengenai suatu program. Akhirnya, proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyebarluaskan  gagasan dan meniru program dibawah suatu kondisi, dimana program itu telah dilakukan sebagai proyek percontohan atau dipertimbangkan sebagai model yang berguna untuk ditiru ditempat lain.

Evaluasi Kualitas Metode Kualitatif
Ada banyak aspek berkenaan dengan berjalannya program, termasuk kegiatan implementasi dan hasil yang diperoleh klien, yang dapat diukur dalam pengertian jumlah secara relatif. Adalah masuk akal menghitung jumlah orang yang memasuki program, jumlah yang meninggalkan program, dan jumlah yang menerima atau melaporkan suatu keuntungan kongkret dari program. Ada banyak sifat dari program, namun demikian, janganlah meminjamkannya untuk menghitung. Meskipun penskalaan sifat kualitas caranya tidak tepat dalam menangkap, baik kualitas program maupun efek dari program pada kualitas yang dialami oleh peserta yang mengikuti program.
Ketentuan yang sama berkenaan dengan program yang menekankan deinstitusionalisasi, sebagai contoh, program kesehatan mental masyarakat, koreksi masyarakat, dan program berbasis komunitas untuk orang tua. Adalah mungkin untuk menghitung orang yang tinggal di komunitas. Adalah mungkin meski mengukur dengan skala baku atribut tertentu atas kehidupan mereka. Adalah mungkin menengarainya secara subjektif dari berbagai aspek dan dimensi kualitas hidup. Namun demikian, memegang secara penuh makna perubahan dalam hidup untuk klien tertentu dan orang per orang, adalah perlu membangun deskripsi kualitas hidup yang memungkinkan bagian kualitas yang saling tergantung diintegrasikan ke dalam keseluruhan.
Kualitas haruslah berkenaan dengan nuansa, dengan kerincian, dengan suatu kehalusan dan keunikan yang membuat perbedan di balik masalah skala yang dibakukan. Kualitas adalah apa yang dipisahkan dan jatuh di antara nilai tersebut pada skala yang baku. Deskripsi mengenai kualitas menyediakan rincian guna menjelaskan seperti apa kehidupan dua orang yang berbeda, satu darinya menjawab pada skala nilai lima bahwa orang yang satu atau yang lain telah mendapatkan pengalaman amat sangat memuaskan, kemudian lainnya melaporkan bahwa orang yang satu atau yang lain telah mendapatkan pengalaman yang luar biasa memuaskan. Hal ini bukanlah pertanyaan mengenai interval melawan skala ordinal, tetapi berkenaan dengan soal makna. Apa makna program bagi peserta?, apa kualitas dari pengamalan meraka?, menjawab pertanyaan itu memerlukan kerincian, kedalaman, dan gambaran menyeluruh yang mewakili orang dalam terminologinya, bahkan cukup amat dekat dengan situasi yang sedang dipelajari guna memahami secara langsung nuansa mengenai kualitas.

Teori Grounded dan Evaluasi Program
Deangan cara bertentangan dengan logika, penyusunan teori deduktif, pendekatan teori grounded dalam penelitian evaluasi adalah induktif, pragmatis, dan sepenuhnya nyata. Tugas evaluator adalah membangkitkan teori program dan data holistik yang dikumpulkan melalui penyelidikan naturalistik untuk tujuan menolong staf program dan pembuat keputusan guna memahami bagaimana fungsi program, mengapa berfungsi seperti itu, dan cara bagaimana dampak/ konsekuensi/ hasil dari program mengalir dari kegiatan program. Staf program dan pembuat keputusan program lainnya dapat mengunakan suatu teori grounded untuk menguji secara nyata teori tindakan mengenai program yang mereka miliki, efek dari program, dan hubungan antara tindakan dan efeknya. Teori grounded dapat melayani pembuat keputusan ke dalam dunia empiris, kemudian mereka dapat menyingkap apakah yang mereka pikirkan menjadi sifat dunia empiris sebagai kasus aktual. Teori grounded dapat menyediakan informasi berguna yang bermanfaat untuk staf program dan pembuat keputusan lainnya, dalam upaya mereka memahami dan meningkatkan program mereka. Teori evaluasi grounded akan menjadi berguna terutama dalam pertimbangan apakah satu program harus digandakan ke lingkup situasi yang lain dan bagaimana suatu penggandaan itu bisa terjadi.

Skenario Rancangan Evaluasi:

1. Pendekatan Hipotetiko-Deduktif Murni terhadap Evaluasi: Rancangan Eksperimental, Data Kuantitatif, dan Analisis Statistik
Evaluator menyatakan bahwa suatu program kekurangan sumber daya yang memadai guna melayani kebutuhan semua pemuda dalam populasi yang menjadi sasaran. Ini menyediakan pembenaran etis untuk hak ijin masuk secara acak kedalam program, dengan itu tidak menerima penempatan pada daftar tunggu yang kadang-kadang tidak menerima intervensi  perlakuan dan oleh karena itu mampu melayani sebagai kelompok kontrol.
Ketika semua data telah dikumpulkan pada akhir tahun, perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dibuat dengan menggunakan statistik inferensial dengan tingkat 0,05, digunakan sebagai kriteria untuk menentukan perbedaan antar kelompok yang secara statistik signifikan.

2.   Strategi Kualitatif Murni: Penyelidikan Naturalistik, Data Kualitatif, dan Analisis Isi
Prosedur untuk mencari dan menyeleksi partisipan ke dalam program ditentukan semata-mata oleh staf. Evaluator menemukan waktu yang menyenangkan untuk melakukan wawancara mendalam dengan partisipan segera ketika mereka diterima dalam program. Partisipan ditanyai guna menggambarkan dirinya dan dunia sosial mereka. Evaluator mencari tahu dari staf program ketika kegiatan program akan mengambil tempat dan mengamati berikut ini: tingkah laku partisipan, percakapan partisipan, tingkah laku staf, interaksi staf dan partisipan, dan gejala yang berhubungan. Selama waktu program, evaluator menemukan peluang informal untuk melakukan wawancara mendalam tambahan dengan partisipan guna mencari tahu bagaimana mereka memandang program, pengalaman macam apa yang mereka peroleh, dan apa yang mereka lakukan. Dekat dengan akhir program, wawancara mendalam dilakukan dengan partisipan guna mencari bagaimana mereka bisa telah berubah, bagaimana mereka memandang dunia dalam hal ini pada saat ini, dan apa pengalaman mereka bagi masa depan. Wawancara mendalam juga dilakukan dengan staf program. Data ini di analisis berdasarkan isinya untuk mencari tahu apa pola pengalaman partisipan yang dibawa ke program, apa karakteristik pola partisipasi mereka dalam program, dan apa pola perubahan yang dilaporkan dan diamati di antara partisipan.

3.   Bentuk Campuran: Rancangan Eksperimental, Pengumpulan Data Kualitatif, dan Analisis Isi
Seperti bentuk eksperimental murni (rancangan 1) partisipan yang potensial ditentukan secara acak untuk diberi perlakuan (treatment) dan sebagai kelompok kontrol. Wawancara mendalam dilakukan dengan semua pemuda, baik mereka yang ada dalam kelompok yang diberi perlakuan (treatment) dan mereka yang ada di kelompok kontrol sebelum program dimulai. Fokus wawancara adalah sama seperti pendekatan kualitatif murni. Wawancara dilakukan lagi pada akhir program. Analisis isi dimunculkan secara terpisah pada data dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pola yang ditemukan di kelompok kontrol dan di kelompok eksperimen kemudian di bandingkan dan dipertentangkan.


DAFTAR PUSTAKA

Quinn Patton, Michael. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar